Pembangunan Infrastruktur Industri Selular dan Tumbuhnya Ekonomi Digital

Pembangunan Ekonomi digital menempatkan operator selular pada posisi yang strategis. Pembangunan infrastruktur, khususnya BTS 4G yang mulai menjangkau semua wilayah Indonesia, tak hanya memperkuat kualitas jaringan, namum juga mendorong tumbuhnya layanan-layanan baru yang berpotensi meningkatkan revenue operator.

IMG-20191205-WA0147.jpg

Saya hadir di acara Telco Outlook 2020 pada hari Senin (2/12) yang dimulai tepat pada pukul 09.00 WIB yang berakhir hingga pukul 13.00 WIB yang bertemakan “Mega Trends In Digital Economy, Targeting Blue Ocean For Growth” diselenggarakan di Hotel Aston Priority, TB Simatupang, Jakarta Selatan, menghadirkan tiga pembicara kunci. Masing-masing Dirjen SDPPI Kominfo Ismail, Board Member ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia) Arief Musta’in dan CTO Huawei Indonesia Vanness You.
Melalui gelaran TELCO OUTLOOK 2020, Selular Media Network berusaha memetakan beragam persoalan yang mengadang industri telekomunikasi Indonesia, menjembatani kerjasama antar pelaku indutri, pemerintah dan dunia usaha.

IMG-20191205-WA0133.jpg

Sementara dalam diskusi panel, melibatkan sejumlah pembicara terkemuka. Mereka adalah Direktur Keuangan Telkomsel Heri Supriyadi, Direktur Teknologi XL Axiata Yessie D. Yosetya, General Manager 5G/LTE Architecture and Application Hutchison 3 Indonesia Riza Taufan, dan Chief Sales and Distribution Officer Indosat Ooredoo Hendry Mulya Syam.

Juga ada Direktur Sales Telkomsigma Tanto Suratno, CMO GDP Venture Danny Oei Wirianto, Pengamat Ekonomi INDEF Bhima Yudistira, dan Country Director GARENA Hans Kurniadi Saleh.

Setelah tahun lalu mengalami negative growth sebesar -7,3%, industri telekomunikasi menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada 2019. Hal itu merupakan imbas dari kebijakan registrasi prabayar yang dijalankan pemerintah bersama operator.

IMG-20191205-WA0111

Sejumlah isu yang sangat mendasar masih membayangi perkembangan industri telekomunikasi. Arief Mustakin, Perwakilan ATSI (Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia) mengungkapkan setidaknya ada tujuh poin sebagai modal bagi pelaku industri bagaimana bicara mengenai size dan kekuatan yang bisa disumbangkan oleh industri ini kepada negara.

“Ini akan menjadi salah satu modal kita kedepannya yang sangat besar. Dalam konteks nanti ketika kita akan bicara tentang on top dari infrastruktur atau on top network, akan banyak yang bisa kita lakukan, apakah cross-selling, upselling atau sebagainya,” Kata Arief.
Saat itu costumer base yang dimiliki operator terbilang bersih, bukan sekedar klaim seperti sebelumnya. Selain mendapatkan high value costomer, program registrasi prabayar juga mendorong efiesiensi. Kini operator mengurangi jualan-jualan yang tidak produtif. Fokus pada pemasaran produk yang berdampak pada pertumbuhan jangka panjang.
Dari sisi tarif, meski tarif promo masa terbilang marak, namun fenomena tersebut sudah terbilang wajar.Sekarang, operator tidak lagi jor-joran. Harga yang ditawarkan cenderung semakin rasional.

Penerapan harga yang tak melulu murah, memberikan edukasi kepada konsumen bahwa kualitas layanan sebanding dengan harga yang ditawarkan. Hal itu tentu akan berdampak pada peningkatkan revenue sekaligus laba bagi perusahaan.

IMG-20191205-WA0136.jpg

Seperti halnya service provider, industri device juga tumbuh signifikan. Menurut firma riset IDC, dalam dua kuartal terakhir, pengapalan smartphone di Indonesia meningkat pesat. Masing-masing kuartal kedua 2019, mencapai 9,7 juta unit, tertinggi dalam sejarah. Sementara kuartal ketiga 2019, sebesar 8,8 juta unit.
Dengan animo pasar yang terus meningkat, bukan tidak mungkin penjualan smartphone di akhir 2019, bisa mencapai pencapaian 2018 yang mencapai 38 juta unit.

Di sisi lain, menjamurnya perusahaan rintisan teknologi (start up) di Indonesia merupakan buki bahwa ekosistem ekonomi digital mulai tumbuh dengan baik.

Mengutip Startupranking.com, Indonesia menempati urutan keenam dunia dengan jumlah 1.902 starup, setelah AS, India, Inggris, Kanada, dan Jerman.

Dari banyaknya start up itu, beberapa sudah menjelma menjadi unicorn. Saat ini di ASEAN ada tujuh unicorn, empat di antaranya berasal dari Indonesia, masing-masing Bukalapak, Tokopedia, Traveloka dan OVO. Bahkan sejak Juli 2019, Gojek telah menjelma menjadi decacorn, mengimbangi Grab, perusahaan teknologi asal Malaysia.
Prospek ekonomi digital juga tercermin dari semakin berkembangnya layanan berbasis IoT (Internet of Things) dan Big Data, FinTech (Financial Technology), e-commerce, mobile garming, video/music streaming, logistik an layanan digital lainnya.

Pertumbuhan ekonomi digital dipastikan akan jauh lebih baik, saat Indonesia kelak menggelar layanan 5G, akan berdampak pada sektor-sektor utama seperti manufaktur dan jasa sebagai kontributor terbesar perekonomian secara keseluruhan.
Meski menjadi bagian dari industri strategis dan menyumbang PNBP yang besar bagi negara setiap tahunnya, saat ini industri telekomunikasi sesungguhnya menghadapi tantangan yang tak ringan. Hal itu merupakan imbas dari perubahan tren komunikasi dari komunikasi voice dan SMS ke komunikasi data berbasis aplikasi.
Tak dapat dipungkiri, kehadiran OTT terutama OTT asing, seperti Whatsapp, Lina, Instagram, Facebook, dan lainnya, semakin menggerus pendapatan operator.

Agresifitas OTT yang mengikis pendapatan dari layanan suara dan teks, dibarengi dengan kejenuhan pasar, membuat pertumbuhan operator menjadi tersendat.

Di sisi lain, banyaknya pemain di sektor telekomunikasi menyulitkan dalam memberikan tarif yang wajar sekaligus menguntungkan bagi semua pihak. Komunikasi berbasis data juga mengurangi pendapatan para pemain di industri ini dalam hal interkoneksi dan international roaming.

Para pengguna tidak perlu lagi mengeluarkan biaya yang besar untuk melakukan komunikasi lintas operator dan lintas negara. Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi industri telekomunikasi untuk mencari sumber pendapatan baru ke depannya.
Berkembangnya ekosistem digital sesungguhnya memberikan peluang bagi operator an perusahaan lain untuk menggarap new business. Jumlah pengguna data yang terus melonjak setiap tahunnya, menjadi penopang dari bisnis masa depan ini.

IMG-20191205-WA0135.jpg

Kehadiran teknologi 5G dipastikan akan semakin mendorong pertumbuhan ekonomi digital, yang digadang-gadang dapat menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Dengan anomo pasar yang terus meningkat, bukan tidak mungkin penjualan smartphone di akhir 2019, bisa melaampaui pencapaian 2018 yang mencapai 38 juta. (ft)

Leave a comment